Azelea (Rhododendron sp.) | Biologi sel dan Molekuler

13 Oktober 2013

Azelea (Rhododendron sp.)



Klasifkasi Azelea (Rhododendron sp.)

Gambaran Umum Azelea (Rhododendron sp.)

Rhododendron atau dengan nama lain azalea merupakan genus tanaman berbunga dengan 800-an jenis spesies  baik alami maupun hibrida. Pohon Rhododendron  berbentuk semak dengan tinggi rata-rata di bawah satu meter, meskipun terdapat spesies yang mampu tumbuh hingga 30 meter. Daunnya kecil berwarna hijau. Yang paling menawan dari Rhododendron adalah bunganya. Bunga Rhododendron mempunya aneka warna sesuai dengan spesiesnya. Struktur bunganya pun cantik dan tahan rontok hingga satu minggu meskipun telah dipotong.

Rhododendron merupakan tumbuhan yang umumnya dibudidayakan sebagai tanaman hias dan ornamen taman. Tumbuhan ini biasanya hidup di daerah bercuaca sejuk utamanya di puncak gunung dengan ketinggian di atas 1000-an meter dpl. Meskipun bunga Rhododendron mampu tumbuh dan beradaptasi di dataran yang lebih rendah dan bercuaca panas namun perkembangan bunganya tidak maksimal. Sehingga warna dan struktur bunganya kalah menarik dengan yang tumbuh di puncak gunung. Rhododendron juga dapat dijumpai tumbuh di tanah berumput dan di hutan. Rhododendron akan tumbuh dengan subur pada tanah yang asam dengan kisaran pH 4,5-5,5.

Karakteristik Azelea (Rhododendron sp.)

Habitus

Semak sampai pohon kecil  menahun, tegak, tinggi 50-100 cm.

Batang

Bulat, percabangan rapat, permukaan    kasar, coklat.

Daun

Betuk daun seberhana, tunggal, tersusun spiral atau berhadapan berseling. Tangkai daun pendek. Daun jorong memanjang, 9-14 x 3-6 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 2-5 cm, lebar 1-2 cm, pertulangan menyirip, pemukaaan daun bagian atas halus, permukaan daun bagian bawah agak bersisik, tulang daun 8-12 pasang.

Bunga

Bungan majemuk (inflorescentia racemosa) atau tunggal dan Abunga berbentuk tabung. Tangkai bunga bulat, berbulu, dengan seludang bunga berwarna coklat, panjang 1 -2 cm, kelopak hijau, berlepasan, ada 5 helai, ujung runcing, berbulu. Bungan banci dengan bakal buah yang menepel pada dasar bunga, benang sari 6-10 dengan panjang tidak sama, dasar mahkota berlekalan, ujung lepas, 5 helai, panjang 5-8 cm. diameter bunga 4-5 cm,  panjang tabung 25 x 10 x 20 mm, daun mahkota bundar telur 3 x 2,5 cm, berkelopak yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri, bunga dilindungi baracthea yang bersifat protandus yang mencegah terjadinya kawin silang.

Buah

Kapsul yang menjulan ke atas dengan memiliki beberapa biji, permukaan berbulu, panjang 0,5-1 cm, coklat. 

Biji

Bulat, kecil, bersayap, coklat

Akar

Tunggang, kuning kecoklatan.

Rhododendron dapat diperbanyak secara generatif maupun selama ini perbanayakan Rhododendron lebih banyak dilakukan secara vegetatif karena perbanyakan secara generatif melalui biji memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan seringkali tanaman tersebut sulit atau tidak menghasilkan biji. Perbanyakan secara vegetatif relatif lebih mudah untuk dilakukan bila dibandingkan secara generatif. Kelebihan perbanyakan secara vegetatif antara lain tanaman baru yang dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang seragam, tahan terhadap penyakit dan dalam waktu yang relatif singkat dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek, yaitu pemotongan atau pemisahan bagian tumbuhan agar bagian tanaman tersebut membentuk akar dan menjadi individu baru.

Manfaat atau Kegunaan: 

Rhododendron memiliki potensi sebagai tanaman hias dan obat-obatan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Di daerah Malesiana, Rhododendron telah banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan merupakan komoditi hortikultura yang penting, baik itu jenis ataupun hasil dari hibridisasi. Selain itu, sebagian masyarakat di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan Rhododendron sebagai obat-obatan tradisional, seperti di Papua Nugini, Rhododendron digunakan sebagai obat penyakit kulit, di Sabah digunakan sebagai obat kuat (air rebusan akar), di Philipina dimanfaatkan sebagai obat gatal. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, potensi lain dari Rhododendron adalah sebagai antibakterial dan penghasil senyawa flavonoid. 

Bunga Rhododendron ini juga berkhasiat sebagai obat demam, demam dan untuk perangsang kelenjar. Untuk obat demam dipakai ± 15 gram bunga Rhododendron, dicuci dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus. 

Daun batang dan bunga Rhododendron mengandung flavonoida, disamping itu daun dan batangnya mengandung polifenol sedangkan bunganya mengandung tanin. 

Sumber

Anonim. Tanpa tahun. Rhododendron. http://www.warintek.ristek. go.id/ pangan_ kesehatan/tanaman_obat/depkes/5-087. pdf. Di akses pada tanggal 23 juni 2012. Pukul 11.05 WIB

Anonim. Tanpa tahun. Rhododendron. http://bebas.vlsm.org/ v12/artikel/ttg tanaman obat /depkes/buku4/4-076.pdf. Diakses pada tanggal 23 juni 2012. Pukul 11.08 WIB

Anonm. 2011. Rhododendron sp. http://old.texar kanacollege. edu/~mstorey/plants /flora.html. Diakses pada tanggal 323 juni 2012. Pukul 11. 30 WIB

Anonim. 2011. Azalea. http://www. plantamor. com/index. php? plant=1081. Diakses pada tanggal 23 Juni 2011. Pukul  10.59 WIB

Putri, Dyan dan Sudiatna. 2007. Pengaruh Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Rhododendron sp. http://elib.pdii.lipi.go. id/katalog/index.php/ searchkatalog/... 8870.pdf.  Diakses pada tanggal 23 Juni 2012. Pukul 11.30 WIB 

Putri, Dyan dan Sudiatna. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT pada Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) secara vegetatif (setek pucuk). http://ejournal. unud. ac.id/abstrak/artikel-4.pdf. Diakses pada tanggal 23 juni 2012. pukul 20. 15 WIB

0 komentar: